Makna
Asesmen Otentik
Asesmen
otentik memiliki padanan beberapa macam, antara lain asesmen alternatif (alternative assessment), asesmen berbasis
kinerja (performance based assessment),
atau asesmen langsung (direct assessment).
Nama alternative assessment digunakan
karena merupakan alternative dari penilaian yang biasa digunakan (traditional assessment) yang biasanya
hanya menggunakan tes tertulis. Sedangkan nama
performance based assessment digunakan
karena siswa diminta untuk menampilkan tugas – tugas (task) yang bermakna dan
menunjukkan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas. Adapun nama direct assessment digunakan karena
penilaian otentik menyediakan lebih banyak bukti langsung dari penerapan
keterampilan dan pengetahuan. Jika seorang peserta didik dapat mengerjakan
dengan baik tes pilihan ganda, maka didiferensialkan secara tidak langsung
bahwa siswa tersebut dapat menerapkan pengetahuan yang dipelajari.
Penilaian
otentik merupakan penilaian langsung dan ukuran langsung (Mueller,2006:1). Ketika
melakukan penilaian, banyak kegiatan yang akan lebih jelas apabila dinilai langsung, umpamanya kemampuan
berargumentasi atau berdebat, keterampilan menggunakan komputer dan
keterampilan melaksanakan percobaan. Penilaian otentik juga digunakan untuk menilai hasil belajar
berdasarkan penugasan atau proyek. Sebagian guru tidak tertarik menggunakan
penilain otentik karena pada umumnya mereka berpendapat bahwa melakukan
penilain otentik itu membuang waktu dan energi serta terlalu mahal. Menilai
kinerja dengan tes tertulis tentu tidak valid, karena tidak mengukur apa yang
ingin dinilai. Kinerja perlu dinilai pada saat kegiatannya sedang berlangsung.
1. Pengertian
Asesmen Otentik
Asesmen otentik adalah
proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian
pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang
mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan
pembelajaran telah benar – benar dikuasai dan dicapai (Nurhadi, 2004:172).
Hakikat asesmen otentik adalah proses
pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar
siswa. Gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses
pembelajaran, asesmen tidak hanya dilakukan di akhir periode (semester), tetapi
dilakukan bersama dan secara terintegrasi dari kegiatan pembelajaran.
2. Komponen
Asesmen Otentik
Seperti apakah bentuk
penilaian otentik? Biasanya suatu penilaian otentik meliputi dua komponen
yaitu, suatu tugas(task) bagi para siswa
untuk menampilkan, dan sebuah kriteria penilaian atau rubrik (rubriscs) yang
akan digunakan untuk menilai penampilan berdasarkan tugas tersebut. Kedua
komponen tersebut merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan dalam
asesmen otentik.
a. Tugas
Otentik
Tugas otentik adalah
suatu tugas yang diberikan kepada siswa agar siswa melakukan, menyajikan atau
menyelesaikan dengan ciri – ciri: (1) siswa diminta untuk mengkonstruk respon
mereka sendiri, bukan sekedar memilih dari yang tersedia, dan (2) tugas
merupakan tantangan yang mirip dihadapkan dalam kenyataan sesungguhnya.
Anonymus (2005)
mengemukakan dua hal yang perlu dipilih dalam menyiapkan tugas penilain otentik,
yaitu keterampilan dan kemampuan. Selain itu terdapat lima dimensi yang perlu
diperhatikan, yaitu lama waktu pengerjaan tugas, banyaknya tugas, partisipasi
individu atau kelompok, fokus penilaian pada produk atau proses, dan keragaman
cara komunikasi yang dapat digunakan siswa untuk menunjukkan kinerjanya.
b. Tipe
Tugas Otentik
Tugas
– tugas penilaian kinerja dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk.
(i)
Computer adaptive testing
(tidak berbentuk tes obyektif), yang menuntut peserta tes dapat mengekspresikan
diri untuk dapat menunjukkan tingkat kemampuan yang nyata;
(ii)
Tes
pilihan ganda diperluas, dengan memberikan alasan terhadap
jawaban yang dipilih;
(iii)
Extended response
atau open
ended question juga dapat digunakan;
(iv)
Group performance assessment (tugas-tugas
kelompok) atau individual performance assessment (tugas perorangan);
(v)
Interview
berupa pertanyaan lisan dari asesor;
(vi)
Observasi
partisipatif;
(vii)
Portofolio
sebagi
kumpulan hasil karya siswa;
(viii)
Projek,
expo
atau demonstrasi;
(ix)
Constructed response,
siswa perlu mengkonstruk sendiri jawabannya.
c. Kriteria
Penilaian (Rubrics)
Rubrics
merupakan alat pemberi skor yang berisi daftar kriteria untuk sebuah pekerjaan
atau tugas. Menurut Nitko (1996) rubrik adalah seperangkat pedoman yang
digunakan untuk menilai kinerja siswa. Pedoman ini dapat berupa skala penilaian
(rating scale) atau daftar cek (check-list), yang memuat hal-hal esensial
yaitu: (1) skala, menunjukkan kualitas berkelanjutan, (2) descriptor, kriteria
dan standar, (3) kriteria, deskripsi kondisi kinerja, (4) standar, spesifikasi
dipenuhinya kriteria tertentu.
Sedangkan
menurut Matler(2001) menyatakan bahwa rubrik merupakan rating scale sebagai
lawan dari checklist yang digunakan dalam asesmen kinerja. Secara formal
didefinisikan bahwa rubrik adalah pemandu penskoran, memuat secara khusus
kriteria kinerja yang digunakan dalam
asesmen kinerja. Rubrik juga sebagai bentuk khusus dan khas untuk penskoran
instrumen yang digunakan mengevaluasi kinerja atau produk hasil dari tugas
kinerja. Rubrik dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu rubrik analitik dan
rubrik holistik.
Berikut
contoh rubrik holistik dan rubrik analitik
Tabel 1 Rubrik Holistik
Skor
|
Kategori
|
Kriteria
Umum
|
3
|
Sangat
Memuaskan
|
Menunjukkan
pemahaman konsep secara tepat dan teliti, perhitungan benar, menggunakan
table, gambar dan grafik secara benar dan teliti menggunakan strategi yang
tepat, serta alasan yang tepat dan masuk akal.
|
2
|
Memuaskan
|
Menunjukkan
pemahaman konsep yang tepat, perhitungan benar, menggunakan table, gambar,
dan grafik yang benar tetapi kurang teliti, penggunaan strategi tepat, dan
alasan tepat, tetapi kurang masuk akal.
|
1
|
Kurang
Memuaskan
|
Menunjukkan
pemahaman konsep yang kurang tepat, perhitungan kurang tepat, penggunaan
table, gambar, grafik tidak teliti, penggunaan strategi kurang tepat, dan
alasan kurang tepat.
|
0
|
Tidak
Memuaskan
|
Menunjukkan
ketidakpahaman terhadap konsep, perhitungan tidak tepat, tidak menggunakan
table, gambar, ataupun grafik, penggunaan srtategi tidak tepat, dan alasan
tidak tepat.
|
Tabel 2 Rubrik Analitik
Aspek
|
Kriteria dan Skor
|
Pemahaman
Masalah
|
·
Tidak memahami, skor 0
·
Memahami sebagian, skor 1 – 2
·
Memahami dengan lengkap, skor 3
|
Perencanaan
Strategi
|
·
Strategi salah, skor 0
·
Sebagian strategi benar, skor 1 – 2
·
Semua strategi tepat, skor 3
|
Implementasi
Strategi
|
·
Penggunaan strategi salah, skor 0
·
Penggunaan sebagian strategi benar, skor 1 – 2
·
Penggunaan semua strategi benar, skor 3
|
Jawaban
yang Didapat
|
·
Jawaban salah, skor 0
·
Sebagian jawaban benar, skor 1 – 2
·
Jawaban benar, skor 3
|
University
of Texas memberikan enam persyaratan teknis dari rubrik , yaitu: (1) kontinyu,
dalam arti perubahan kualitas dari nilai skor ke nilai skor didekatnya adalah
sama, (2) parallel, setiap descriptor harus dikonstruksi sejajar dengan
descriptor lain, (3) koheren, rubrik harus fokus pada kriteria yang sama, (4)
diberi bobot dengan tepat, banyak rubrik harus tepat pembobotannya, jangan asal
memberi bobot.
d. Deskriptor
dan Level Kinerja
Rubrik
di atas melibatkan komponen lain yang umum digunakan dalam penilaian otentik,
yaitu deskriptor. Deskriptor mengeksplisitkan tingkat kinerja siswa pada masing
– masing level dari suatu penampilan. Contohnya seperti rumusan standar minimal
dalam perumusan tujuan pembelajaran khusus. Deskriptor digunakan untuk memperjelas
harapan atau aspek yang dinilai. Selain itu deskriptor juga membantu penilai
(rater) lebih konsisten dan lebih obyektif. Bagi guru yang melaksanakan
penilaian otentik, deskriptor membantu memperoleh umpan balik yang lebih baik.
3. Perbandingan
Penilaian Otentik dengan Penilaian Biasa
Dalam penilaian
tradisional atau penilaian biasa sejumlah pengetahuan ditetapkan terlebih
dahulu, dengan demikian jadilah pengetahuan tersebut kurikulum yang perlu
dicapai atau disampaikan. Akibatnya penilaian (asesmen) dikembangkan dan
dilaksanakan untuk menentukan apakah terjadi pencapaian kurikulum tersebut atau
tidak.
Sedangkan
dalam penilaian otentik, penilaian menggiring kurikulum, yang berarti bahwa
guru mestinya pertama – tama menetapkan sejumlah tugas yang harus ditampilkan
oleh para siswa tentang hal – hal yang dikuasainya. Selanjutnya dikembangkan
sebuah kurikulum yang memungkinkan siswa menampilkan kinerjanya dengan baik,
yang dengan sendirinya melibatkan penguasaan pengetahuan dan
keterampilan-keterampilan yang esensi. Hal ini berarti merancang dengan langkah
mundur.
Penilaian
otentik merupakan pelengkap dari penilaian tradisional. Dengan demikian,
mestinya perlu ditetapkan atribut-atribut yang cocok untuk kedua bentuk
penilaian yang saling melengkapi tersebut.
4. Menyiapkan
Penilaian Otentik
Sebagaimana telah diungkapkan
sebelumnya bahwa dalam penilaian otentik siswa diminta menampilkan sejumlah
tugas dalam dunia sesungguhnya yang memperlihatkan aplikasi keterampilan dan
pengetahuan yang esensial. Dengan demikian sebenarnya kita beruntung karena
kita tidak usah mengembangkan suatu penilaian otentik yang baru. Kita dapat
menggunakan tugas-tugas otentik di kelas kita sendiri. Mungkin kita juga sudah
siap dengan sejumlah standar tertulis yang pertama – tama dan langkah – langkah
penting dalam prosedurnya. Dalam suatu tugas kita perlu menyatakan kriteria terlebih
dahulu untuk menilai kinerja siswa berkenaan dengan tugas tersebut. Dengan kata
lain kita mengembangkan sebuah rubrik untuk tugas tersebut.
Langkah – Langkah Menyusun Asesmen Otentik
Ø Langkah 1 Mengidentifikasi Kompetensi
Hasil pembelajaran diperoleh dari
tujuan pembelajaran. Seperti tujuan, kompetensi dasar merupakan kemampuan yang
diharapkan dikuasai. Mengingat tidak semua kompetensi dasar ruang lingkupnya
kecil, maka untuk keperluan asesmen otentik perlu dirinci lebih spesifik
sehingga dapat diukur dan diamati. Misalnya, dalam pelajaran matematika, (1)
siswa mampu menjumlah dua digit bilangan dengan benar, (2) pendidik menghendaki
agar peserta didik memahami dan dapat mengaplikasikan teorema phytagoras. Maka
dari itu kompetensi harus ditulis dengan jelas, operasional, tidak ambigu dan
tidak rancu, tidak terlalu luas atau terlalu sempit, mengarahkan pembelajaran
dan melakukan penilaian.
Ø Langkah 2 Memilih Suatu Tugas Otentik
Setelah
mengidentifikasi kompetensi, pertanyaan berikutnya apakah yang akan dilakukan
oleh peserta didik dalam mempelajari
tujuan pembelajaran. Dalam hal ini peserta didik belajar dan mendemonstrasikan
tujuan pembelajaran dalam berbagai cara, misalnya dengan cara membaca,
berbicara, berdiskusi, bermain peran, menulis, pembuatan keputusan, dan
pemecahan masalah.
Selain
mencermati hal di atas, perlu juga dikaji penerapan konsep, prinsip, maupun
skill dalam kehidupan dunia nyata. Misalnya, daripada meminta siswa
menyelesaikan soal pecahan, lebih baik kita siapkan tugas menyelesaikan masalah
pembagian martabak, atau pizza untuk suatu keluarga yang mempunyai anak lima
agar setiap anggota keluarga memperoleh bagian yang sama rata.
Ø Langkah 3 Merumuskan Kriteria Tugas
Otentik
Kriteria tugas merupakan
indikator-indikator kinerja yang baik dari sebuah tugas. Apabila terdapat
sejumlah indikator, sebaiknya diperhatikan apakah indikator-indikator tersebut
memerlukan urutan atau tidak. Penulisan
kriteria sebaiknya memperhatikan hal-hal: (1) dinyatakan dengan singkat namun
jelas, (2) pernyataan yang terkait dengan tingkah laku harus dapat diukur (diamati), dan (3) ditulis dalam
kalimat yang mudah dipahami, terutama oleh siswa, (4) batasi banyaknya kriteria
hanya untuk unsur-unsur esensial, (5)tidak perlu mengukur detail setiap tugas,
dan (6) kriteria yang lebih sedikit untuk tugas yang lebih kecil.
Ø Langkah 4 Mengembangkan Rubrik
Rubrik yang dikembangkan dapat
berupa rubrik holistik atau rubik analitik. Dipilih salah satu dari kedua
rubrik tersebut, tidak perlu dibuat keduanya. Pemilihan jenis rubrik mana yang
akan disusun, bergantung pada tugas otentik yang diberikan dan kompetensi yang
akan diukur. Untuk keperluan pengecekan rubrik yang disusun, sebaiknya minta
bantuan pakar untuk meriview atau memvalidasinya. Komentar dan masukan dari
mereka digunakan sebagai pertimbangan memperbaiki rubrik yang telah disusun.
a. Menyiapkan
suatu rubric analitik
Dalam rubric tidak selalu
diperlukan dekriptor. Deskriptor merupakan karakteristik prilaku yang terkait
dengan level-level tertentu, seperti observasi mendalam, prediksinya beralasan,
kesimpulannya berdasarkan hasil observasi.
b. Menyiapkan
suatu rubrik yang holistik
Dalam rubrik holistik,
dilakukan pertimbangan seberapa baik seseorang telah menampilkan tugasnya
dengan mempertimbangkan kriteria secara keseluruhan. Sebagai contoh, dalam presentasi
dapat disiapkan rubrik keseluruhan sebagai berikut.
Aspek
Presentasi Oral
|
Kriteria
Penilaian Presentasi Oral
|
Penguasaan
(Mastery)
|
·
Selalu melakukan kontak pandangan
·
Volume selalu sesuai
·
Antusiasme hadir selama presentasi
·
Rangkuman sangat akurat
|
Kemahiran
(Proficiency)
|
·
Biasanya melakukan kontak pandangan;
·
Volume biasanya sesuai;
·
Antusiasme muncul pada kebanyakan presentasi
·
Hanya 1-2 kesalahan dalam rangkuman
|
Pengembangan
|
·
Kadang-kadang melakukan kontak pandangan
·
Volume kadang-kadang memadai
·
Sewaktu-waktu antusiasme dalam presentasi
·
Beberapa kesalahan dalam rangkuman
|
Ketidak
akuratan
|
·
Tak pernah atau jarang melakukan kontak mata
·
Volume tidak memadai
·
Jarang tampak antusiasme dalam presentasi
·
Banyak kekeliruan dalam rangkuman
|
c. Mencek
rubrik yang telah dibuat
Untuk
keparluan pengecekan rubrik yang telah dibuat sebaiknya kita meminta kepada
rekan kerja sesama guru untuk meriviewnya atau meminta siswa mengenai
kejelasannya. Masukkan dari mereka dapat digunakan untuk memperbaiki standar
yang telah kita siapkan. Ada baiknya kita juga memeriksa atau mencek apakah
rubrik tersebut dapat dikelola dengan mudah. Bayangkan penampilan atau kinerja
siswa ketika sedang melakukannya.
Ø Langkah 5 Merancang Asesmen
Asesmen otentik semestinya mencakup
tes tertulis yang sudah biasa disusun dan digunakan oleh guru sejak dulu. Untuk
keperluan pembandingan dan pelaksanaan asesmen secara menyeluruh maka
kadangkala disebutkan keduanya. Perancangan asesmen (tertulis dan otentik)
dengan langkah-langkah di atas dilaksanakan secara terpadu pada awal semester
sebagai lampiran dari Program Tahunan (PROTA), maupun pada awal semester
sebagai lampiran Program Semester (PROMES). Perancangan yang dimaksud juga
merupakan identifikasi terhadap asesmen dalam jangka waktu tertentu.
Implementasi dan Jenis
Asesmen Otentik
Di dalam pembelajaran
matematika, asesmen kinerja dapat berupa tugas, proyek, atau penyelidikan,
kemudian guru mengamati, melakukan wawancara, memperhatikan proses dan hasil
yang diperoleh siswa. Menurut Stenmark(1991), kinerja siswa ini yang digunakan
untuk menilai apa yang sebenarnya telah diketahui dan dapat dikerjakan oleh siswa.
Dengan demikian guru dapat mendeteksi seluruh kemampuan yang sudah dikuasai
siswa dan yang belum dikuasai siswa. Hal ini selanjutnya digunakan dalam
memperbaiki proses pembelajaran berikutnya, ini merupakan salah satu kelebihan
penerapan asesmen kinerja.
Implementasi asesmen
otentik menurut santoso (2004) dapat menggunakan berbagai alat pengambilan atau
instrument :
1.
Tes standar prestasi;
2.
Tes buatan guru;
3.
Catatan kegiatan;
4.
Catatan anekdot;
5.
Skala sikap;
6.
Catatan tindakan;
7.
Konsep pekerjaan;
8.
Tugas individu;
9.
Tugas kelompok atau kelas;
10. Diskusi;
11.
Wawancara;
12.
Catatan pengamatan;
13. Peta perilaku;
14.
Portofolio;
15.
Kuesioner, dan;
16. Pengukuran sosiometri.
Referensi :
Masrukan (2013). Asesmen Otentik Pembelajaran
Matematika. Semarang: FMIPA Unnes.
Ghufron,
A.(2011). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.
Rustaman,
N. Y. Penilaian Otentik (Authentic Assessment) dan Penerapannya dalam
Pendidikan Sains .(Online). Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/195012311979032-NURYANI_RUSTAMAN/PENILAIAN_OTENTIK_Sgr'06.pdf
[10
Oktober 2016]
Mueller,
J. (2006). Authentic Assessment. North Central College.(Online). Tersedia: http://jonatan.muller.faculty.noctrl.edu/toolbox/whatisist.htm
Anonymus
(2005). Performance Assessment for Sience Teachers: Performance Test and Task. (Online).
Tersedia: http://www.usoe.k12.ut.us/curr/science/perform/past5.htm
Metler,
C. A. (2001). Designing scoring Rubrics for Your Classroom. Practica
Assessment, Research & Evaluation. (Online). Tersedia: http://PAREonline.net/getvn.asp?v=7&n=25 [17 Oktober 2016]
Nitko,
A. J. (2001). Educational Assessment of Student 3rd Ed. New Jersey:
Prentice Hall: Upper Saddle River.
Stenmark,
J.K. (1991). Mathematics Assessment: Myths, Models, Good Questions, and
Practical Suggestion. Reston VA: NCTM.
Hali,
F. dkk. (2014). Makalah Penilaian
Produk. [Online]. Tersedia: https://safarimath.files.wordpress.com/2014/01/penilaian-produk.pdf
[9 Oktober 2016]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar