Kamis, 22 Desember 2016

Asesmen Otentik

Makna Asesmen Otentik

Asesmen otentik memiliki padanan beberapa macam, antara lain asesmen alternatif (alternative assessment), asesmen berbasis kinerja (performance based assessment), atau asesmen langsung (direct assessment). Nama alternative assessment digunakan karena merupakan alternative dari penilaian yang biasa digunakan (traditional assessment) yang biasanya hanya menggunakan tes tertulis. Sedangkan nama   performance based assessment digunakan karena siswa diminta untuk menampilkan tugas – tugas (task) yang bermakna dan menunjukkan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas. Adapun nama direct assessment digunakan karena penilaian otentik menyediakan lebih banyak bukti langsung dari penerapan keterampilan dan pengetahuan. Jika seorang peserta didik dapat mengerjakan dengan baik tes pilihan ganda, maka didiferensialkan secara tidak langsung bahwa siswa tersebut dapat menerapkan pengetahuan yang dipelajari.
Penilaian otentik merupakan penilaian langsung dan ukuran langsung (Mueller,2006:1). Ketika melakukan penilaian, banyak kegiatan yang akan lebih jelas apabila  dinilai langsung, umpamanya kemampuan berargumentasi atau berdebat, keterampilan menggunakan komputer dan keterampilan melaksanakan percobaan. Penilaian otentik juga  digunakan untuk menilai hasil belajar berdasarkan penugasan atau proyek. Sebagian guru tidak tertarik menggunakan penilain otentik karena pada umumnya mereka berpendapat bahwa melakukan penilain otentik itu membuang waktu dan energi serta terlalu mahal. Menilai kinerja dengan tes tertulis tentu tidak valid, karena tidak mengukur apa yang ingin dinilai. Kinerja perlu dinilai pada saat kegiatannya sedang berlangsung.

1.      Pengertian Asesmen Otentik
Asesmen otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar – benar dikuasai dan dicapai (Nurhadi, 2004:172).
Hakikat asesmen otentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, asesmen tidak hanya dilakukan di akhir periode (semester), tetapi dilakukan bersama dan secara terintegrasi dari kegiatan pembelajaran.

2.      Komponen Asesmen Otentik
Seperti apakah bentuk penilaian otentik? Biasanya suatu penilaian otentik meliputi dua komponen yaitu, suatu tugas(task) bagi para  siswa untuk menampilkan, dan sebuah kriteria penilaian atau rubrik (rubriscs) yang akan digunakan untuk menilai penampilan berdasarkan tugas tersebut. Kedua komponen tersebut merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan dalam asesmen otentik.
            a.       Tugas Otentik
Tugas otentik adalah suatu tugas yang diberikan kepada siswa agar siswa melakukan, menyajikan atau menyelesaikan dengan ciri – ciri: (1) siswa diminta untuk mengkonstruk respon mereka sendiri, bukan sekedar memilih dari yang tersedia, dan (2) tugas merupakan tantangan yang mirip dihadapkan dalam kenyataan sesungguhnya.
Anonymus (2005) mengemukakan dua hal yang perlu dipilih dalam menyiapkan tugas penilain otentik, yaitu keterampilan dan kemampuan. Selain itu terdapat lima dimensi yang perlu diperhatikan, yaitu lama waktu pengerjaan tugas, banyaknya tugas, partisipasi individu atau kelompok, fokus penilaian pada produk atau proses, dan keragaman cara komunikasi yang dapat digunakan siswa untuk menunjukkan kinerjanya.
b.      Tipe Tugas Otentik
Tugas – tugas penilaian kinerja dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk.
(i)                 Computer adaptive testing (tidak berbentuk tes obyektif), yang menuntut peserta tes dapat mengekspresikan diri untuk dapat menunjukkan tingkat kemampuan yang nyata;
(ii)              Tes pilihan ganda diperluas, dengan memberikan alasan terhadap jawaban yang dipilih;
(iii)            Extended response atau open ended question juga dapat digunakan;
(iv)             Group performance assessment (tugas-tugas kelompok) atau individual performance assessment (tugas perorangan);
(v)               Interview berupa pertanyaan lisan dari asesor;
(vi)             Observasi partisipatif;
(vii)          Portofolio sebagi kumpulan hasil karya siswa;
(viii)        Projek, expo atau demonstrasi;
(ix)             Constructed response, siswa perlu mengkonstruk sendiri jawabannya.
c.       Kriteria Penilaian (Rubrics)  
Rubrics merupakan alat pemberi skor yang berisi daftar kriteria untuk sebuah pekerjaan atau tugas. Menurut Nitko (1996) rubrik adalah seperangkat pedoman yang digunakan untuk menilai kinerja siswa. Pedoman ini dapat berupa skala penilaian (rating scale) atau daftar cek (check-list), yang memuat hal-hal esensial yaitu: (1) skala, menunjukkan kualitas berkelanjutan, (2) descriptor, kriteria dan standar, (3) kriteria, deskripsi kondisi kinerja, (4) standar, spesifikasi dipenuhinya kriteria tertentu.
Sedangkan menurut Matler(2001) menyatakan bahwa rubrik merupakan rating scale sebagai lawan dari checklist yang digunakan dalam asesmen kinerja. Secara formal didefinisikan bahwa rubrik adalah pemandu penskoran, memuat secara khusus kriteria kinerja  yang digunakan dalam asesmen kinerja. Rubrik juga sebagai bentuk khusus dan khas untuk penskoran instrumen yang digunakan mengevaluasi kinerja atau produk hasil dari tugas kinerja. Rubrik dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu rubrik analitik dan rubrik holistik.
Berikut contoh rubrik holistik dan rubrik analitik
Tabel 1 Rubrik Holistik
Skor
Kategori
Kriteria Umum
3
Sangat Memuaskan
Menunjukkan pemahaman konsep secara tepat dan teliti, perhitungan benar, menggunakan table, gambar dan grafik secara benar dan teliti menggunakan strategi yang tepat, serta alasan yang tepat dan masuk akal.
2
Memuaskan
Menunjukkan pemahaman konsep yang tepat, perhitungan benar, menggunakan table, gambar, dan grafik yang benar tetapi kurang teliti, penggunaan strategi tepat, dan alasan tepat, tetapi kurang masuk akal.
1
Kurang Memuaskan
Menunjukkan pemahaman konsep yang kurang tepat, perhitungan kurang tepat, penggunaan table, gambar, grafik tidak teliti, penggunaan strategi kurang tepat, dan alasan kurang tepat.
0
Tidak Memuaskan
Menunjukkan ketidakpahaman terhadap konsep, perhitungan tidak tepat, tidak menggunakan table, gambar, ataupun grafik, penggunaan srtategi tidak tepat, dan alasan tidak tepat.

Tabel 2 Rubrik Analitik
Aspek
Kriteria dan Skor
Pemahaman Masalah
·         Tidak memahami, skor 0
·         Memahami sebagian, skor 1 – 2
·         Memahami dengan lengkap, skor 3
Perencanaan Strategi
·         Strategi salah, skor 0
·         Sebagian strategi benar, skor 1 – 2
·         Semua strategi tepat, skor 3
Implementasi Strategi
·         Penggunaan strategi salah, skor 0
·         Penggunaan sebagian strategi benar, skor 1 – 2
·         Penggunaan semua strategi benar, skor 3
Jawaban yang Didapat
·         Jawaban salah, skor 0
·         Sebagian jawaban benar, skor 1 – 2
·         Jawaban benar, skor 3

University of Texas memberikan enam persyaratan teknis dari rubrik , yaitu: (1) kontinyu, dalam arti perubahan kualitas dari nilai skor ke nilai skor didekatnya adalah sama, (2) parallel, setiap descriptor harus dikonstruksi sejajar dengan descriptor lain, (3) koheren, rubrik harus fokus pada kriteria yang sama, (4) diberi bobot dengan tepat, banyak rubrik harus tepat pembobotannya, jangan asal memberi bobot. 


d.       Deskriptor dan Level Kinerja
Rubrik di atas melibatkan komponen lain yang umum digunakan dalam penilaian otentik, yaitu deskriptor. Deskriptor mengeksplisitkan tingkat kinerja siswa pada masing – masing level dari suatu penampilan. Contohnya seperti rumusan standar minimal dalam perumusan tujuan pembelajaran khusus. Deskriptor digunakan untuk memperjelas harapan atau aspek yang dinilai. Selain itu deskriptor juga membantu penilai (rater) lebih konsisten dan lebih obyektif. Bagi guru yang melaksanakan penilaian otentik, deskriptor membantu memperoleh umpan balik yang lebih baik.

3.      Perbandingan Penilaian Otentik dengan Penilaian Biasa
Dalam penilaian tradisional atau penilaian biasa sejumlah pengetahuan ditetapkan terlebih dahulu, dengan demikian jadilah pengetahuan tersebut kurikulum yang perlu dicapai atau disampaikan. Akibatnya penilaian (asesmen) dikembangkan dan dilaksanakan untuk menentukan apakah terjadi pencapaian kurikulum tersebut atau tidak.
      Sedangkan dalam penilaian otentik, penilaian menggiring kurikulum, yang berarti bahwa guru mestinya pertama – tama menetapkan sejumlah tugas yang harus ditampilkan oleh para siswa tentang hal – hal yang dikuasainya. Selanjutnya dikembangkan sebuah kurikulum yang memungkinkan siswa menampilkan kinerjanya dengan baik, yang dengan sendirinya melibatkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang esensi. Hal ini berarti merancang dengan langkah mundur.
      Penilaian otentik merupakan pelengkap dari penilaian tradisional. Dengan demikian, mestinya perlu ditetapkan atribut-atribut yang cocok untuk kedua bentuk penilaian yang saling melengkapi tersebut.

4.      Menyiapkan Penilaian Otentik
Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya bahwa dalam penilaian otentik siswa diminta menampilkan sejumlah tugas dalam dunia sesungguhnya yang memperlihatkan aplikasi keterampilan dan pengetahuan yang esensial. Dengan demikian sebenarnya kita beruntung karena kita tidak usah mengembangkan suatu penilaian otentik yang baru. Kita dapat menggunakan tugas-tugas otentik di kelas kita sendiri. Mungkin kita juga sudah siap dengan sejumlah standar tertulis yang pertama – tama dan langkah – langkah penting dalam prosedurnya. Dalam suatu tugas kita perlu menyatakan kriteria terlebih dahulu untuk menilai kinerja siswa berkenaan dengan tugas tersebut. Dengan kata lain kita mengembangkan sebuah rubrik untuk tugas tersebut.

      Langkah – Langkah Menyusun Asesmen Otentik
   Ø  Langkah 1 Mengidentifikasi Kompetensi
           Hasil pembelajaran diperoleh dari tujuan pembelajaran. Seperti tujuan, kompetensi dasar merupakan kemampuan yang diharapkan dikuasai. Mengingat tidak semua kompetensi dasar ruang lingkupnya kecil, maka untuk keperluan asesmen otentik perlu dirinci lebih spesifik sehingga dapat diukur dan diamati. Misalnya, dalam pelajaran matematika, (1) siswa mampu menjumlah dua digit bilangan dengan benar, (2) pendidik menghendaki agar peserta didik memahami dan dapat mengaplikasikan teorema phytagoras. Maka dari itu kompetensi harus ditulis dengan jelas, operasional, tidak ambigu dan tidak rancu, tidak terlalu luas atau terlalu sempit, mengarahkan pembelajaran dan melakukan penilaian.
   Ø  Langkah 2 Memilih Suatu Tugas Otentik
Setelah mengidentifikasi kompetensi, pertanyaan berikutnya apakah yang akan dilakukan oleh peserta  didik dalam mempelajari tujuan pembelajaran. Dalam hal ini peserta didik belajar dan mendemonstrasikan tujuan pembelajaran dalam berbagai cara, misalnya dengan cara membaca, berbicara, berdiskusi, bermain peran, menulis, pembuatan keputusan, dan pemecahan masalah.
Selain mencermati hal di atas, perlu juga dikaji penerapan konsep, prinsip, maupun skill dalam kehidupan dunia nyata. Misalnya, daripada meminta siswa menyelesaikan soal pecahan, lebih baik kita siapkan tugas menyelesaikan masalah pembagian martabak, atau pizza untuk suatu keluarga yang mempunyai anak lima agar setiap anggota keluarga memperoleh bagian yang sama rata.
       Ø  Langkah 3 Merumuskan Kriteria Tugas Otentik
            Kriteria tugas merupakan indikator-indikator kinerja yang baik dari sebuah tugas. Apabila terdapat sejumlah indikator, sebaiknya diperhatikan apakah indikator-indikator tersebut memerlukan urutan atau  tidak. Penulisan kriteria sebaiknya memperhatikan hal-hal: (1) dinyatakan dengan singkat namun jelas, (2) pernyataan yang terkait dengan tingkah laku harus  dapat diukur (diamati), dan (3) ditulis dalam kalimat yang mudah dipahami, terutama oleh siswa, (4) batasi banyaknya kriteria hanya untuk unsur-unsur esensial, (5)tidak perlu mengukur detail setiap tugas, dan (6) kriteria yang lebih sedikit untuk tugas yang lebih kecil.
       Ø  Langkah 4 Mengembangkan Rubrik
            Rubrik yang dikembangkan dapat berupa rubrik holistik atau rubik analitik. Dipilih salah satu dari kedua rubrik tersebut, tidak perlu dibuat keduanya. Pemilihan jenis rubrik mana yang akan disusun, bergantung pada tugas otentik yang diberikan dan kompetensi yang akan diukur. Untuk keperluan pengecekan rubrik yang disusun, sebaiknya minta bantuan pakar untuk meriview atau memvalidasinya. Komentar dan masukan dari mereka digunakan sebagai pertimbangan memperbaiki rubrik yang telah disusun.
a.       Menyiapkan suatu rubric analitik
Dalam rubric tidak selalu diperlukan dekriptor. Deskriptor merupakan karakteristik prilaku yang terkait dengan level-level tertentu, seperti observasi mendalam, prediksinya beralasan, kesimpulannya berdasarkan hasil observasi.
b.      Menyiapkan suatu rubrik yang holistik
Dalam rubrik holistik, dilakukan pertimbangan seberapa baik seseorang telah menampilkan tugasnya dengan mempertimbangkan kriteria secara keseluruhan. Sebagai contoh, dalam presentasi dapat disiapkan rubrik keseluruhan sebagai berikut.

Aspek Presentasi Oral
Kriteria Penilaian Presentasi Oral
Penguasaan (Mastery)
·         Selalu melakukan kontak pandangan
·         Volume selalu sesuai
·         Antusiasme hadir selama presentasi
·         Rangkuman sangat akurat
Kemahiran (Proficiency)
·         Biasanya melakukan kontak pandangan;
·         Volume biasanya sesuai;
·         Antusiasme muncul pada kebanyakan presentasi
·         Hanya 1-2 kesalahan dalam rangkuman
Pengembangan
·         Kadang-kadang melakukan kontak pandangan
·         Volume kadang-kadang memadai
·         Sewaktu-waktu antusiasme dalam presentasi
·         Beberapa kesalahan dalam rangkuman
Ketidak akuratan
·         Tak pernah atau jarang melakukan kontak mata
·         Volume tidak memadai
·         Jarang tampak antusiasme dalam presentasi
·         Banyak kekeliruan dalam rangkuman

c.       Mencek rubrik yang telah dibuat
Untuk keparluan pengecekan rubrik yang telah dibuat sebaiknya kita meminta kepada rekan kerja sesama guru untuk meriviewnya atau meminta siswa mengenai kejelasannya. Masukkan dari mereka dapat digunakan untuk memperbaiki standar yang telah kita siapkan. Ada baiknya kita juga memeriksa atau mencek apakah rubrik tersebut dapat dikelola dengan mudah. Bayangkan penampilan atau kinerja siswa ketika sedang melakukannya.
       Ø  Langkah 5 Merancang Asesmen
            Asesmen otentik semestinya mencakup tes tertulis yang sudah biasa disusun dan digunakan oleh guru sejak dulu. Untuk keperluan pembandingan dan pelaksanaan asesmen secara menyeluruh maka kadangkala disebutkan keduanya. Perancangan asesmen (tertulis dan otentik) dengan langkah-langkah di atas dilaksanakan secara terpadu pada awal semester sebagai lampiran dari Program Tahunan (PROTA), maupun pada awal semester sebagai lampiran Program Semester (PROMES). Perancangan yang dimaksud juga merupakan identifikasi terhadap asesmen dalam jangka waktu tertentu.

Implementasi dan Jenis Asesmen Otentik

Di dalam pembelajaran matematika, asesmen kinerja dapat berupa tugas, proyek, atau penyelidikan, kemudian guru mengamati, melakukan wawancara, memperhatikan proses dan hasil yang diperoleh siswa. Menurut Stenmark(1991), kinerja siswa ini yang digunakan untuk menilai apa yang sebenarnya telah diketahui dan dapat dikerjakan oleh siswa. Dengan demikian guru dapat mendeteksi seluruh kemampuan yang sudah dikuasai siswa dan yang belum dikuasai siswa. Hal ini selanjutnya digunakan dalam memperbaiki proses pembelajaran berikutnya, ini merupakan salah satu kelebihan penerapan asesmen kinerja.
Implementasi asesmen otentik menurut santoso (2004) dapat menggunakan berbagai alat pengambilan atau instrument :
            1.      Tes standar prestasi;
            2.      Tes buatan guru;
            3.      Catatan kegiatan;
            4.      Catatan anekdot;
            5.      Skala sikap;
            6.      Catatan tindakan;
            7.      Konsep pekerjaan;
            8.      Tugas individu;
            9.      Tugas kelompok atau kelas;
           10.    Diskusi;
           11.   Wawancara;
           12.   Catatan pengamatan;
           13.   Peta perilaku;
           14.   Portofolio;
           15.   Kuesioner, dan;
           16.   Pengukuran sosiometri.



Referensi :

Masrukan (2013). Asesmen Otentik Pembelajaran Matematika. Semarang: FMIPA Unnes.
Ghufron, A.(2011). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.
Rustaman, N. Y. Penilaian Otentik (Authentic Assessment) dan Penerapannya dalam Pendidikan Sains .(Online). Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/195012311979032-NURYANI_RUSTAMAN/PENILAIAN_OTENTIK_Sgr'06.pdf [10 Oktober 2016]
Mueller, J. (2006). Authentic Assessment. North Central College.(Online). Tersedia: http://jonatan.muller.faculty.noctrl.edu/toolbox/whatisist.htm
Anonymus (2005). Performance Assessment for Sience Teachers: Performance Test and Task. (Online). Tersedia: http://www.usoe.k12.ut.us/curr/science/perform/past5.htm
Metler, C. A. (2001). Designing scoring Rubrics for Your Classroom. Practica Assessment, Research & Evaluation. (Online). Tersedia: http://PAREonline.net/getvn.asp?v=7&n=25 [17 Oktober 2016]
Nitko, A. J. (2001). Educational Assessment of Student 3rd Ed. New Jersey: Prentice Hall: Upper Saddle River.
Stenmark, J.K. (1991). Mathematics Assessment: Myths, Models, Good Questions, and Practical Suggestion. Reston VA: NCTM.
Hali, F. dkk. (2014). Makalah Penilaian Produk. [Online]. Tersedia: https://safarimath.files.wordpress.com/2014/01/penilaian-produk.pdf [9 Oktober 2016]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar